TEORI-TEORI MEDIA PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata media
berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media sering
diganti dengan kata mediator, yang berarti pengubah atau alat yang turut campur
dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau hanafisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, kata media juga
berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” yang
secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”, yaitu perantara atau
pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
Media
pembelajaran juga di katakan juga alat yang bisa merangsang siswa supaya
terjadi proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran
meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang
mengandung pesan. Media bukan hanya berupa alat atau bahan melainkan, juga
hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Dengan demikian
media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada siswa.
Beberapa
teori-teori dalam media pembelajaran, yaitu :
1. Social
Scientific Theory
Teori ini berdasarkan kepada
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sifat dasar, cara kerja, dan
pengaruh komunikasi massa dengan sumber observasi objektif.
Contoh : Hubungan antara TV dengan
perilaku agresif, seorang anak yang sering menonton film tom n jerry, maka ia
akan cenderung agresif dan suka meniru perilaku tokoh Tom dengan suka memukul
atau berkelahi dengan temannya.
2. Teori
media klasik: Mcluhan & inis
Media merupakan perpanjangan pikiran
manusia, jadi media yang menonjol dalam penggunaan membiaskan massa historis
apapun. Seperti media yang mengikat waktu (dibiaskan terhadap tradisi) dan
media yang mengikat ruang (memudahkan komunikasi dari satu tempat ke tempat
lain, mendorong perkembangan kerajaan, birokrasi yang besar dan militer).
Maksudnya, media sebagai sebuah pikiran manusia yang diciptakan untuk
memaksakan manusia dikuasai oleh manusia media.
Contoh :
Pangeran William dari UK yang begitu di puja oleh orang Inggris akibat campur
tangan media yang selalu memperlihatkan dan menyorot kehidupan dan keagungan
keluarga kerajaan memalui media televise sehingga khalayak mengetahui sejarah
dan perkembangan kerajaan itu.
3. Teori
Media Baru
Dalam
teori media baru ini ada dua pandangan mengenai era media pertama dan kedua.
Pertama, pandangan interaksi social : membedakan media menurut seberapa dekat
media dengan model interaksi tatap muka. Kedua, pandangan integritas social :
pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam bentuk informasi, interaksi, atau
penyebarannya,tetapi dalam bentuk ritual atau bagaimana manusia menggunakan
media sebagai cara menciptakan masyarakat dengan menyatukan masyarakat dalam
bentuk rasa saling memiliki.
Contoh
: Media televisi menayangkan berita tentang Malaysia yang akan meminta hak
paten batik sebagai warisan kebudayaannya, dengan adanya berita tersebut menyulut kemarahan
rakyat Indonesia sehingga masyarakat memutuskan untuk mendaftarkan batik
sebagai kebudayaan masyarakat ke UNESCO dengan menggunakan batik secara
bersama-sama pada hari Jumat sehingga masyarakat merasa saling memiliki bahwa
batik adalah milik bangsa Indonesia.
4. Teori
Model Lasswell
Penemu
teori ini adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan
model komunikasi yang sederhana dan sering diikuti banyak orang yakni: Siapa
(Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel),
kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon,
1996).
Contoh : Seorang calon presiden (siapa), berbicara mengenai perubahan yang
harus dilakukan pemimpin negara untuk kemajuan bangsa (apa), melalui kampanye
yang disiarkan di televisi (saluran), kepada khalayak atau masyarakat (kepada
siapa) dengan pengaruh yang terjadi khalayak mendapat kesan terhadap calon
presiden itu untuk memilih atau tidak memilihnya (effect). Kisah nyata, Jhon F kennedy yang
menggunakan media massa televisi sebagai alat untuk kampanye agar mendapat
kesan yang baik oleh rakyat Amerika, dan terbukti dia mendapat dukungan
mayoritas dan terpilih sebagai presiden Amerika.
5. Teori
Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Dalam
kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan
oleh sikap Anda terhadap media, kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium
dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut.
Contoh
: Jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri
menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan
terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi
lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak
realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk
melihatnya.
6. Teori
Agenda Setting
Agenda-setting
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa
jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap
penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media
diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini
berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
Contoh: Hampir semua media akhir-akhir ini selalu menayangkan berita
mengenai sepak bola nasional di ajang piala AFF asia tenggara dan
pemainnya, sehingga masyarakat pun merasa hal ini penting untuk saat ini,
sementara kasus gayus yang belum jelas duduk permasalahnnya dilupakan begitu
saja, apa yang menurut media penting untuk diberitakan maka penting juga oleh
khalayak, karena berita/ informasi yangdi dapat oleh masyarakat secara meluas
adalah melalui media.
7. Teori
Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori
ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan
Melvin Defleur. Teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada
informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan
khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media
massa. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini
menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan
khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan
mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media
massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Contoh : Masyarakat menengah kebawah/tingkat pendidikan rendah lebih
cenderung mencari informasi melalui berita televisi dan lebih percaya terhadap
berita apapun yang ditampilkan di televisi, sementara masyarakat menengah
keatas/tingkat pendidikan tinggi lebih suka meluangkan waktu untuk membaca
koran agar informasi berita yang di dapatkan lebih akurat dan banyak.
8. Teori
Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer
(1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur
kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat
masyarakat modern, dimana media massa diangap sebagai sistem informasi yang
memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada
tataran masyarakat, kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.
Contoh : Media menayangkan gempa yang telah terjadi beserta jumlah korban
yang tertimpa kepada khalayak dengan memasukkan gambar dan langsung terjun ke
lapangan sehingga meningkatkan dukungan moral masyarakat untuk membantu
dengan adanya pengumpulan dana secara kolektif oleh masyarakat bagi korban
bencana, relawan-relawan berdatangan ke lokasi kejadian.
9. Teori Uses and Gratifications
(Kegunaan dan Kepuasan)
Teori
ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori
ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut.
Contoh
: Seorang pelajar yang mendapat tugas untuk mencari informasi
sebanyak-banyaknya mengenai kasus korupsi yang terjadi di Indonesia akan
memilih media yng mungkin cocok dan memeberikan kepuasan dalam mendapatkan
informasi yang di inginkan seperti memilih internet atau koran di bandingkan
televise/radio.
10. Teori
The Spiral of Silence
Teori
the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth
Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya
pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum
ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam
hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
Contoh
: Dalam kasus bank century, kebanyakan media menayangkan pemberitaan atau opini
yang menyalahkan srimulyani dan boediono dalam dana talangan 1,7 triliun,
apabila salah satu media tidak ikut serta dalam penyangan tersebut maka media
akan mendapat isolasi dari masyarakat dengan tidak menonton/membaca dari
stasiun tv/koran tersebut. Otomatis media bungkam dan ikut menerima kemudian
menayangkan berita yang ada terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut.
Sumber
: Hasanah, Aan.2012.Pengembangan Profesi Guru.CV Pustaka Setia: Bandung.
http//qoechil.wordpress.com/2012/05/05/teori-teori-media/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar