Senin, 20 Maret 2017

Fungsi Media



FUNGSI MEDIA

Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut:
1.      Fungsi komunikatif
Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. Kadang-kadang penyampai pesan mengalami kesulitan manakala harus menyampaikan pesan dengan hanya mengandalkan bahasa verbal saja. Demikian juga penerima pesan, sering mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan, khususnya materi-materi yang bersifat abstrak.
2.      Fungsi motivasi
Dengan menggunakan media pembelajaran, diharapkan siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. Dengan demikian pengembangan media pembelajaran tidak hanya mengandung unsur artistik saja akan tetapi juga memudahkan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan gairah siswa untuk belajar. Dapat kita bayangkan pembelajaran yang hanya mengandalkan suara melalui ceramah tanpa melibatkan siswa secara optimal seperti yang digambarkan pada pola terpisah, bukan hanya dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa sebagai penerima pesan, akan tetapi juga dapat mengganggu suasana belajar,
3.      Fungsi kebermaknaan
Melalui penggunaan media, pembelajaran dapat lebih bermakna, yakni pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi dan juga dapat meningkatkan aspek sikap serta keterampilan.
4.      Fungsi penyamaan persepsi
Melalui pemanfaatan media pembelajaran, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap siswa, sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan. Walaupun pembelajaran disetting secara klasikal, namun pada kenyataannya proses belajar terjadi secara individual. Jika ada 40 orang siswa yang belajar, mungkin ada 40 macam pemikiran atau ada 40 jenis persepsi yang datang dari masing-masing pemikiran siswa. Artinya, bisa terjadi setiap siswa akan menginterpretasi materi pelajaran secara berbeda.
5.      Fungsi individualitas
Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda. Karena setiap siswa datang dari latar belakang yang berbeda baik dilihat dari status sosial ekonomi maupun dari latar belakang pengalamannya, sehingga memungkinkan gaya dan kemampuan belajarnya pun tidak sama dan juga memiliki bakat dan minat yang berbeda walaupun secara fisiknya sama.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
a.       Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b.      Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visula dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c.       Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitiam yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi, atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d.      Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajara yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Menurut Kemp & Dayton (1985:25), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu :
a.       Memotivasi minat atau tindakan.
Media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak dan akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.
b.      Menyajikan informasi
Media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian data dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi.
c.       Memberi instruksi
Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informsi yang terdapat dalam media harus melibatkan siswa baik dalam benak atu mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Media pembelajaran juga harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa.

Fungsi lain dari media pembelajaran, yaitu:
1.      Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, iswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2.      Mengamatai benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauhm berbahaya, atau terlarang. Misal, video tentang kehidupan harimau dihutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3.      Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misal, dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amoeba, dan sebagainya.
4.      Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misal, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5.      Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan gambar, potret, silde, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6.      Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7.      Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8.      Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model, atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9.      Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit.
10.  Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11.  Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.
12.  Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamatib bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13.  Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video.
14.  Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi, ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
15.  Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.

Sumber :
Arsyad, Azhar.2011.Media Pembelajaran.Kharisma Putra Utama Offset: Jakarta.
Daryanto.2013.Media Pembelajaran.GAVA MEDIA: Yogyakarta.
Sanjaya, wina.2012.Media Komunikasi Pembelajaran.Prenadamedia Group: Jakarta

Senin, 13 Maret 2017

Teori-teori Media Pembelajaran



TEORI-TEORI MEDIA PEMBELAJARAN

A.    Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media sering diganti dengan kata mediator, yang berarti pengubah atau alat yang turut campur dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau hanafisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, kata media juga berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
Media pembelajaran juga di katakan juga alat yang bisa merangsang siswa supaya terjadi proses belajar. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media bukan hanya berupa alat atau bahan melainkan, juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Dengan demikian media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada siswa.
Beberapa teori-teori dalam media pembelajaran, yaitu :
1.      Social Scientific Theory
Teori ini berdasarkan kepada pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan sifat dasar, cara kerja, dan pengaruh komunikasi massa dengan sumber  observasi objektif.
Contoh : Hubungan antara TV dengan perilaku agresif, seorang anak yang sering menonton film tom n jerry, maka ia akan cenderung agresif dan suka meniru perilaku tokoh Tom dengan suka memukul atau berkelahi dengan temannya.

2.      Teori media klasik: Mcluhan & inis
Media merupakan perpanjangan pikiran manusia, jadi media yang menonjol dalam penggunaan membiaskan massa historis apapun. Seperti media yang mengikat waktu (dibiaskan terhadap tradisi) dan media yang mengikat ruang (memudahkan komunikasi dari satu tempat ke tempat lain, mendorong perkembangan kerajaan, birokrasi yang besar dan militer). Maksudnya, media sebagai sebuah pikiran manusia yang diciptakan untuk memaksakan manusia dikuasai oleh manusia media.
Contoh : Pangeran William dari UK yang begitu di puja oleh orang Inggris akibat campur tangan media yang selalu memperlihatkan dan menyorot kehidupan dan keagungan keluarga kerajaan memalui media televise sehingga khalayak mengetahui sejarah dan perkembangan kerajaan itu.
3.      Teori Media Baru
Dalam teori media baru ini ada dua pandangan mengenai era media pertama dan kedua. Pertama, pandangan interaksi social : membedakan media menurut seberapa dekat media dengan model interaksi tatap muka. Kedua, pandangan integritas social : pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam bentuk informasi, interaksi, atau penyebarannya,tetapi dalam bentuk ritual atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat dengan menyatukan masyarakat dalam bentuk rasa saling memiliki.
Contoh : Media televisi menayangkan berita tentang Malaysia yang akan meminta hak paten batik sebagai warisan kebudayaannya, dengan adanya berita tersebut menyulut kemarahan rakyat Indonesia sehingga masyarakat memutuskan untuk mendaftarkan batik sebagai kebudayaan masyarakat ke UNESCO dengan menggunakan batik secara bersama-sama pada hari Jumat sehingga masyarakat merasa saling memiliki bahwa batik adalah milik bangsa Indonesia.
4.      Teori Model Lasswell
Penemu teori ini  adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering diikuti banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
Contoh : Seorang calon presiden (siapa), berbicara mengenai perubahan yang harus dilakukan pemimpin negara  untuk kemajuan bangsa (apa), melalui kampanye yang disiarkan di televisi (saluran), kepada khalayak atau masyarakat (kepada siapa) dengan pengaruh yang terjadi khalayak mendapat kesan terhadap calon presiden itu untuk memilih  atau tidak memilihnya (effect). Kisah nyata, Jhon F kennedy yang menggunakan media massa televisi sebagai alat untuk kampanye agar mendapat kesan yang baik oleh rakyat Amerika, dan terbukti dia mendapat dukungan mayoritas dan terpilih sebagai presiden Amerika.
5.      Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media, kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut.
Contoh : Jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
6.      Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
Contoh: Hampir semua media akhir-akhir ini selalu menayangkan berita mengenai sepak bola nasional  di ajang piala AFF asia tenggara dan pemainnya, sehingga masyarakat pun merasa hal ini penting untuk saat ini, sementara kasus gayus yang belum jelas duduk permasalahnnya dilupakan begitu saja, apa yang menurut media penting untuk diberitakan maka penting juga oleh khalayak, karena berita/ informasi yangdi dapat oleh masyarakat secara meluas adalah melalui media.
7.      Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Contoh : Masyarakat menengah kebawah/tingkat pendidikan rendah lebih cenderung mencari informasi melalui berita televisi dan lebih percaya terhadap berita apapun yang ditampilkan di televisi, sementara masyarakat menengah keatas/tingkat pendidikan tinggi lebih suka meluangkan waktu untuk membaca koran agar informasi berita yang di dapatkan lebih akurat dan banyak.
8.      Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, dimana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.
Contoh : Media menayangkan gempa yang telah terjadi beserta jumlah korban yang tertimpa kepada khalayak dengan memasukkan gambar dan langsung terjun ke lapangan sehingga meningkatkan dukungan moral masyarakat untuk membantu  dengan adanya pengumpulan dana secara kolektif oleh masyarakat bagi korban bencana, relawan-relawan berdatangan ke lokasi kejadian.
9.      Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut.
Contoh : Seorang pelajar yang mendapat tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kasus korupsi yang terjadi di Indonesia akan memilih media yng mungkin cocok dan memeberikan kepuasan dalam mendapatkan informasi yang di inginkan seperti memilih internet atau koran di bandingkan televise/radio.
10.  Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
Contoh : Dalam kasus bank century, kebanyakan media menayangkan pemberitaan atau opini yang menyalahkan srimulyani dan boediono dalam dana talangan 1,7 triliun, apabila salah satu media tidak ikut serta dalam penyangan tersebut maka media akan mendapat isolasi dari masyarakat dengan tidak menonton/membaca dari stasiun tv/koran tersebut. Otomatis media bungkam dan ikut menerima kemudian menayangkan berita yang ada terlepas dari benar atau tidaknya berita tersebut.

Sumber : Hasanah, Aan.2012.Pengembangan Profesi Guru.CV Pustaka Setia: Bandung.
    http//qoechil.wordpress.com/2012/05/05/teori-teori-media/