HATI YANG TERBELAH
“Nurul Febrianti”
Pagi hari tepat pukul 05:30 seorang gadis masih
terlihat sangat tertidur pulas di tempat tidur hello kittynya. Gadis bernama Rina berumur 17 tahun yang masih duduk dibangku SMA kelas XI. Pagi itu aku
masih terasa cape dan setelah sholat subuh akupun tidur lagi.
“Guubbbraaakkkkk...”
Terdengar seperti suara piring jatuh. Seketika itu aku terperanjat dari
tempat tidurku. Aku langsug pergi ke arah suara tadi. Dan aku mengintip di
ruang dapur terlihat ibu dan bapak sedang bertengkar. Entah apa yang mereka
bicarakan. Aku hanya melihat dan seketika itu air mataku menetes di pipi. Ini
bukan kali pertama aku melihat mereka bertengkar. Dari kecil hingga kini aku
dibangku SMA terlihat sering sekali mereka bertengkar. Kemudian aku kembali ke
kamar masih dengan air mataku yang menetes.
Kemudian terdengar suara motor dari luar. Ku lihat dari jendela
kamar. Ternyata bapak yang pergi. Sudah dua hari ini bapak tidak pulang ke
rumah dan sering sekali pulang pagi. Mungkin itu yang membuat ibu marah ke
bapak hingga pertengkaran pun terjadi.
Ku lihat jam dinding, dan menunjukkan pukul 06:00 pagi. Kemudian
aku pergi ke kamar mandi. Seketika di dapur terlihat ibu sedang duduk dengan
menangis. Aku menghampirinya dan aku memeluknya. Setelah tangisan ibu reda aku
beranjak ke kamar mandi karena hari ini sekolah.
Setelah beberapa menit kemudian sudah rapi dengan memakai seragam
pramuka, aku pun berangkat sekolah. Dengan memakai motor aku pamit kepada ibu.
Jarak sekolah dengan rumah kurang lebih 10 km.
Tepat pukul 06:45 aku sampai di sekolah. Sekolah terlihat masih
sangat sepi. Kemudian aku beranjak ke kelas. Di dalam kelas aku berdiam
seketika terlintas dipikiranku tentang apa yang dipertengkarkan oleh bapak dan
ibu.
“DOORRRR..!”
Sekita
aku kaget dengan suara itu.
“Pagi-pagi
udah melamun? Entar kesambet lho”. Ejek Lia.
“Apaan
si Li..”. Dengan suara datarku.
“Apa
yang kamu pikirin si Na?. Tanya lia.
“Ngga
ada yang aku pikirin ko”. Jawabku.
Aku
selalu berusaha menutupi semua masalahku ke teman-temanku. Bisa dibilang setiap
hari aku selalu ceria. Jadi mereka tidak ada yang mengetahui apa yang aku
rasakan sebenarnya.
Tepat pukul 07:00 kelas rame dan bel masuk pun berbunyi. Hari ini
adalah hari jum’at. Dan sudah menjadi kebiasaan kalau di hari jum’at sekolah
melaksanakan senam pagi. Aku bersama teman sekelas beranjak ke lapangan untuk
melaksanakan senam.
Setelah senam selesai kami pun beranjak ke kelas dan mangganti
baju. Setelah istirahat sebentar guru Matematika masuk kelas. Selang beberapa
jam kemudian pelajaranpun selesai. Aku bersama Lia dan teman yang lain pergi ke
kantin.
Terdengar
bel masuk berbunyi. Aku pun langsung beranjak ke kelas.
“Hari
ini ada rapat dewan kan Na?”. Tanya Karin teman satu kelasku.
“oh
iya Rin, aku malah lupa...hehe.”
Kami berdua berbincang-bincang membahas apa yang akan dirapatkan
nanti. Aku mengikuti pramuka bersama Lia dan Karin dan kami bertiga menjadi
dewan ambalan. Setelah beberapa menit kemudian terdengar suara pengumuman dari
ketua kelas bahwa jam terakhir tidak ada pelajaran. Seketika itu satu kelas
sorak-sorak senang.
Dikelas menjadi brisik sekali. Ada yang sedang ngobrol, bercanda,
bernyanyi dan ada juga yang sedang membaca buku. Aku, Lia dan Karin langsung
menuju ke ruang pramuka untuk melaksanakan rapat. Bel pulangpun berbunyi dan
rapat pun selesai. Kami bertiga dengan teman-teman dewan lain masih ngobrol.
Aku dan teman-teman tidak langsung pulang karena ada latihan-latihan untuk
persiapan kemah besok. Latihan berlangsung sampai sore.
Tepat pukul 16:00 sore, aku bersama Lia dan Karin langsung menuju
ke parkiran untuk mengambil sepeda motor masing-masing. Lalu kami bertiga pun
pulang.
Akupun sampai dirumah. Di depan rumah ada mobil bak dan bak
tersebut sudah ada lemari dan peralatan-peralatan rumah. Seketika itu aku pun
bingung dan bertanya-tanya. Kemudian aku langsung masuk ke rumah dan di dalam
sudah rame keluarga dari ayah dan keluarga dari ibu. Ada nenek dan kakek.
Kemudian aku dibawa sama tante ke kamar tidurku. Dan disitu aku belum melihat
ibu.
“De,
kamu harus sabar dengan kejadian ini. Ikhlaskan semua yang terjadi.” Nasehat
tante dengan mengelus punggungku dan menangis.
Aku masih bingung sebenarnya ada apa. Aku pun masih berekspresi
datar dengan melihat tante menangis. Kemudian ibu datang menghampiriku. Seketika
itu suasana menjadi sangat haru. Mereka semua menangis. Dan ibu memelukku. Aku
masih merasa bingung.
“Nak,
ini sudah menjadi keputusan ibu berpisah dengan bapak dan apapun yang terjadi
kamu harus ikut bersama ibu ya”. Dengan suara terbata-bata ibu berbicara.
Sontak langsung hati dan pikiranku menjadi terombang ambing. Hati
terasa sakit teriris-iris. Aku tidak tau apa yang sedang terjadi sekarang,
badanku terasa gemetar dan air mataku langsung menetes deras. Suasana di dalam
kamarku menjadi sangat haru. Mereka semua menangis. Yang aku takutkan pun
terjadi.
Keluarga ayah dan keluarga ibu berada di ruang tamu dan mereka
sedang berunding. Mungkin mereka sedang meminta maaf satu sama lain. Kemudian
aku beranjak ke ruang tamu di tuntun oleh tante dan budhe. Disitu tidak
terlihat bapak bersama kakek dan nenek. Bapak sepertinya belum pulang. Seketika
kedua nenekku memelukku dan mereka semua menangis, seketika air matakupun tak
hanya deras tapi deras sekali.
“sabar
sayang, dede harus kuat. Apapun yang terjadi semua sudah takdir yang Allah
SWT”. Nasehat nenekku dengan memelukku.
“Setelah
ini, dede harus fokus sekolahnya dan ngga usah mikirin yang lain. Buat ibu dan
bapak bangga ya..”.
Setelah itu, aku dibawa keluar dengan pakaianku masih dengan
seragam pramuka dan bersepatu. Aku langsung pergi dan naik motor dengan
dibonceng sama tante. Aku masih dengan perasaan setengah tersadar dan setengah
tidak. Didalam perjalanan pulang ke rumah nenek (ibunya ibu) aku masih menangis
dan semua badanku terasa lemas dan tak berdaya. Ibu dan nenek berada di
belakang naik mobil bak yang tadi membawa barang-barang.
Beberapa menit kemudian sampai di rumah nenek. Aku berjalan masuk
ke rumah dengan dituntun sama tante. Dan aku langsung masuk ke kamar. Tante
bersama ibu berada diruang tamu. Aku masih dengan seragam pramukaku, seketika
itu aku mulai berfikir untuk berfikir dewasa. Aku tidak boleh terus-terusan
begini. Aku harus kuat. Ku hapus air mataku dan aku pergi ke kamar mandi untuk
mandi dan sholat ashar.
Setelah selesai sholat aku berbaring ditempat tidur. Ibu menengoku
ke tempat tidur. Menghampiriku dan mencium keningku dan tersenyum. Lalu ibu
pergi ke ruang tamu lagi. Ibu memang terlihat sangat tegar sekali. Dengan
keadaan yang seperti ini masih dengan kelembutannya dan tidak menangis. Dan aku
jadi berfikir bahwa aku juga bisa seperti ibu. Keadaan apapun harus kita
syukuri.
Aku sedikit terlelap. Kemudian terdengar bunyi Hp berdering di
meja. Aku langsung membuka mata dan mengambil Hpku. Ada satu pesan diterima.
Setelah ku buka ada pesan yang membuat hatiku menjadi sangat terkoyak-koyak
hingga air mataku kembali menetes. Pesan itu datang dari Bapak.
“Dede,
bapak minta maaf atas segala kesalahan bapak. Semua memang kesalahan bapak.
Bapak belum bisa menjaga semuanya. Kamu tetap menjadi putri kesayangannya
bapak. Cinta bapak selalu utuh untukmu. Syukuri apapun yang terjadi de, ini
semua sudah takdir dari Allah SWT. Jaga diri baik-baik disana dan jangan pernah
lupakan Bapak. Jadilah putri kebanggan ibu dan bapak”.
Seketika itu hatiku semakin terkoyak-koyak. Dan apapun yang terjadi
harus aku terima. Karena semua kebahagiaan tidak selalu bersama orang yang kita
sayang tetapi kebahagiaan yang seutuhnya adalah mensyukuri apapun yang
diberikan oleh Tuhan. Karena perpisahan bukan akhir segalanya. Masih ada masa
depan yang harus digapai agar bisa membahagiakan orang-orang tersayang
disekitar kita.
SEKIAN